Bahasa Mandarin Mendukung Pariwisata

Oleh : Paschasius HOSTI Prasetyadji

DUNIA pariwisata di Indonesia diperkirakan akan mengalami masa cerah menjelang tahun 2002. Hal ini ditandai dengan masuknya wisatawan mancanegara (wisman) pada semester pertama (Januari s/d Juni 2001) yang mencapai 2.080.000 orang. Jumlah ini meningkat 6,95% dibandingkan dengan semester pertama tahun lalu (± 1.950.000 orang).

Dengan peningkatan jumlah wisman tersebut, berarti di samping penambahan devisa negara yang tidak sedikit juga akan menambah perputaran uang di dalam negeri dari uang yang mereka belanjakan – multiplayer effect- dan yang tidak kalah penting juga adalah akan mengurangi jumlah pengangguran yang pertumbuhannya rata-rata 1.166.796 orang per tahun.

Upaya peningkatan terhadap dunia pariwisata di Indonesia jauh-jauh hari telah diantisipasi, diawali dengan dituangkannya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 1989 dengan menggelar “Tahun Sadar Wisata” sebagai langkah awal menuju kunjungan wisata tahun-tahun berikutnya.

Sebagaimana diketahui, jumlah wisman yang berkunjung ke negara-negara ASEAN berjumlah ± 25 juta orang dan ratusan juta yang berkunjung ke Asia Pasifik, hal ini jelas merupakan potensi yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menjaring mereka berkunjung ke Indonesia. Biro Pusat Statistik mencatat bahwa wisman dari negara-negara sekitar ASEAN yang berkunjung ke Indonesia tahun 1995 s/d 1997 menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan.

Dari total kunjungan wisman pada tahun 2000 (4.150.600 wisman), Bali rupanya masih menduduki peringkat pertama daerah tujuan wisata di Indonesia (1.380.800 wisman), disusul DKI Jakarta (781.300), Jawa Barat (624.600), Jawa Timur (199.300), Jawa Tengah (133.400) dan Yogyakarta (82.800).

Sementara itu, daerah di luar Jawa-Bali relatif cukup lumayan dalam mendatangkan wisman adalah Riau (629.800) disusul Nusa Tenggara Barat (88.100), dan Sumatera Utara (83.500). Dari kenaikan jumlah wisman yang cukup menggembirakan tersebut, kiranya perlu dibarengi dengan penyediaan kamar hotel yang memadai. Dari kunjungan wisata tahun 2000, jumlah tamu yang menginap di hotel berbintang 5 s/d 2 dapat dicatat (lihat tabel):

Mengingat prospek pariwisata yang begitu cerah, karena itu amanat Kepala Negara untuk menjadikan sektor ini sebagai penghasil devisa nonmigas nomor satu atau dua pada beberapa tahun mendatang bukanlah angan-angan belaka. Menyadari hal ini, maka pemerintah tak henti-hentinya memoles obyek-obyek pariwisata yang sudah ada, dan memperbesar anggaran di bidang ini. Di lain pihak, biro-biro perjalanan jauh-jauh hari telah memulai langkahnya dengan memasarkan paket-paket wisata melalui pameran wisata internasional dan partner biro-biro perjalanan ke luar negeri, meningkatkan mutu melalui perbaikan dalam bidang pelayanan, sumber daya manusia, sarana akomodasi, transportasi serta dukungan marketing dan manajemen yang baik.

Mengutip pandangan L.J. Crampon dan L.M. Rothfield “….. the management process through which the National Tourist Organization and or Tourist Enterprises identity their selected tourist, actual and potential, communicate with them to ascertain and influence their wishes, needs, motivation, likes and dislikes, or local, regional, national and international levels and to optimal tourist satisfaction there by fulfiling their objectives”.

Karena itu, maka upaya biro perjalanan dengan memperhatikan potensi wisman yang merupakan market sector dari pemasaran produk paket wisata, diharapkan dapat menjadi jembatan terjadinya transaksi dalam bidang pariwisata ini. Pemasaran suatu produk/jasa paket wisata tentu tidak terlepas dari pelayanan yang dapat mendorong produsen untuk lebih banyak menjaring konsumen. Tujuan dan kepentingan mereka akan saling terkait dan pada gilirannya pelayanan yang baik akan menjadi pesaing yang tangguh.

Konsumen menginginkan informasi. Dengan informasi yang dikumpulkan, ia akan dapat menentukan pilihannya terhadap alternatif-alternatif pelayanan dan produk/jasa yang ditawarkan dengan harga yang sesuai. Sementara produsen tentunya menawarkan keunggulan komparatif produk/jasa yang dapat ditawarkan, semua ini memerlukan sarana informasi dan komunikasi yang handal.
Sedangkan pemerintah dan masyarakat mempunyai kewajiban untuk memberikan dukungan sesuai dengan bidang dan fungsi atau perannya. Hal ini sangat perlu diperhatikan dan disadari untuk melaksanakan tanggung jawab sesuai tugas dan fungsinya. Dalam hal ini pemerintah harus memberikan dukungan terhadap semua upaya masyarakat yang akan mampu memberdayakan semua aspek dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, serta masyarakat harus ‘jeli’ melihat peluang & tantangan yang dihadapinya.

Terkait dengan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung sektor pariwisata khususnya untuk melayani wisman dari Singapore, Hongkong, Taiwan, dan RRC, terasa ada ketimpangan apabila memperhatikan lulusan Bahasa Mandarin dari Universitas Indonesia maupun Universitas Darma Persada. Untuk UI dan Universitas Darma Persada, masing-masing hanya 25 dan 15 orang, Ini sangat kecil dibandingkan dengan jumlah wisman rata-rata per tahun dari kawasan yang berbahasa Mandarin seperti Singapura (1.241.131), Taiwan (454.914), Hongkong (106.642), dan RRC (± 100.000). Atas dasar data tersebut kiranya penguasaan Bahasa Mandarin masih sangat terbuka untuk dikembangkan guna menyiapkan sumber daya manusia yang handal.

Upaya mengembangkan dunia pariwisata ini tentunya tidak terlepas dari kendala-kendala yang mungkin dihadapi oleh pihak biro perjalanan, seperti :
Dukungan tenaga terampil, dalam menghadapi perkembangan kepariwisataan dan persaingan yang semakin ketat antarperusahaan, tidak berlebihan apabila keterampilan mutlak diperlukan terutama dalam pengetahuan tentang obyek wisata itu sendiri.

Penguasaan bahasa, terlebih bagi seorang pemandu wisata, terutama bahasa Inggris yang perlu dilengkapi dengan salah satu dari lima bahasa asing lainnya, Jepang, Mandarin, untuk wilayah Asia, serta Jerman, Perancis, dan Spanyol untuk wilayah Eropa dan Amerika. Pengalaman, tenaga yang berpengalaman akan dapat dengan cepat dan tanggap melayani kebutuhan konsumen. Penampilan, guna mendapatkan citra baik bagi perusahaan khususnya, serta citra dunia pariwisata di Indonesa pada umumnya.

Selain beberapa dukungan yang diperlukan oleh perusahaan biro perjalanan wisata tersebut di atas, kiranya peran serta pemerintah itu sendiri juga sangat menentukan, seperti, perawatan (penambahan) obyek wisata, kemudahan surat-surat keimigrasian, pelayanan transportasi yang baik, tertib dan aman (kalau perlu membuka jalur penerbangan/pelayaran yang dekat dengan obyek wisata).

Di samping itu, terkait dengan pentingnya penguasaan Bahasa Mandarin, maka pihak pemerintah diharapkan dapat menciptakan/menyediakan pendidikan melalui kemudahan ijin pendirian pendidikan Bahasa Mandarin tersebut oleh kalangan swasta yang menaruh perhatian cukup besar. Penulis adalah pengamat masalah Tionghoa di Indonesia, Wakil Ketua Departemen Sosial Budaya DPP-FKKB

Artikel datang dari Medan Bisnis On-line
http://www.medanbisnisonline.com

URL untuk berita ini adalah:
http://www.medanbisnisonline.com/article.php?sid=3724

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *